Banyak orang tahu, Krakatau punya potensi. Semua sampai bingung, bagaimana harus menggambarkan keindahan gunung yang ada di pulau terpencil itu. GAK (Gunung Anak Krakatau) justru meletus pada awal September lalu. Meskipun terbilang letusan kecil dan tidak menimbulkan gelombang pasang, gunung anak Krakatau terlihat menyemburkan debu dan asap hitam ke udara. Abu vulkaniknya terbawa hingga ratusan kilometer.
![]() |
Anak Gunung Krakatau |
Status siaga memang cukup mengkhawatirkan warga sekitar, tapi aktivitas tetap harus berjalan. Nelayan masih tetap berlayar mencari ikan dengan menjaga jarak aman. Aktivitas jual beli di pasar pesisir pantai tetap ramai seperti biasa, meski Krakatau tengah bergemuruh di tengah Selat Sunda.
Sejak meletus, debu vulkanik gunung anak Krakatau terbawa angin hingga menghujani kota Bandarlampung selama beberapa hari. Ada yang beranggapan bahwa debu tersebut bukan berasal dari gunung anak Krakatau, melainkan berasal dari kebakaran lahan. Namun, hal itu dibantah oleh kepala dinas kesehatan Provinsi Lampung dengan melakukan uji laboratorium. Uji ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari spekulasi tersebut. Hasilnya menyatakan bahwa debu tersebut memang debu vulkanik yang bersumber dari letusan anak Krakatau. Masyarakat terus dihimbau agar berhati-hati terhadap debu vulkanik ini. Karena dapat menyebabkan ISPA atau gangguan saluran pernapasan.
Seperti inilah keadaan krakatau kita saat ini. Sesuatu yang sarat dengan potensi pariwisata kini justru menjadi objek himbauan. Semua dilarang mendekati. Pulau kecil yang ditumbuhi banyak jenis flora itu tanpa sadar tengah dipingit. (Tri dan Umi/Sumber Internet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar